Kepada Mamaku Tercinta,
Di relung hatiku...
Mama, apa kabar?
Entah mengapa aku merasa malu menulis surat ini untukmu, Mah.. karena aku takut
Engkau akan memarahiku jika tulisanku jelek, hehe. Setiap hari, aku yakin mama
menganggapku seorang anak yang cuek, yang tidak peduli pada apapun yang Engkau
kerjakan.. namun aku hanya ingin Mama tahu, hatiku tidak seperti itu.. aku
ingin mengungkapkan lewat lisan, tapi tak sanggup kata ini mengalir. Ingin
kuungkapkan dengan perlakuan, namun raga ini menolak untuk bergerak. Aku tahu
aku adalah seorang anak yang tidak berbakti kepadamu, Mah. Yang tidak sanggup
membalas budi. Yang tidak tahu berapa banyak air mata yang mengalir dari
wajahmu di saat sujud malammu mendoakan kesuksesanku. Aku hanya bisa
memandangimu lewat celah pintu kamarmu saat kau terlelap di malam yang dingin,
lalu menutup celah itu dan kembali lagi ke kamarku sendiri. Tanpa mendekat
untuk sekedar memandangmu lebih dekat, atau mencium pipimu, atau membelai
rambutmu yang masih halus. Aku terlalu congkak. Sombong. Dan tidak memiliki
kelembutan hati sepertimu..
Jadi kuputuskan,
untuk menulis surat ini.. entah nantinya aku berani untuk menyerahkan langsung
padamu atau tidak, aku tidak peduli. Yang penting luapan hatiku tentang
kerinduanku padamu bisa tercurah pada secarik kertas putih yang kemungkinan akan
kau temukan di meja riasmu suatu hari.. untukmu.. aku memiliki puisi..
Gemericik
air
Bukan
hujan, namun tetesan air mata, yang hanya bisa didengar oleh hatiku
Suara
goretan pena
Dengan
tinta, yang melahirkan kandungan kerinduanku padamu kepada secarik kertas putih
Di
malam ini, aku menulis padamu..
Tak
panjang.. karena nampaknya tak sanggup kata ini mengalir sederas air bah,
seperti yang ada di pikiranku
Aku
merindukanmu
Aku
merindukan pelukanmu
Aku
merindukan pelukanmu, dan ciuman hangatmu di kening ketika mengantarku tidur
dulu
Aku
mengemis maaf dari hatimu, atas ketidakpedulianku padamu selama ini
Kubilang
sekali lagi, aku merindukanmu
Menyayangimu
Mencintaimu...
Sepenuh
hatiku..
Kurasa puisiku
barusan sudah bisa mewakili kerinduanku padamu, Mah.. aku harap ketika mama
membacanya, aku sudah berubah menjadi anak yang bisa membuka hati, yang bisa
memelukmu seperti saat masih kecil dulu, yang bisa dengan mudah mengatakan,
“Aku sayang mama!”, tanpa rasa malu juga gengsi. Kuakhiri saja suratku sampai di
sini..
Sekali
lagi, untukmu Mama..
Dari aku,
anakmu, yang selalu mencintaimu walau ditutupi oleh kebisuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar